TRANSMISI
BUDAYA
Transmisi
budaya merupakan kegiatan pengiriman atau penyebaran pesan dari generasi
yang
satu ke generasi yang lain tentang sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan
dan
sulit diubah. Transmisi budaya
adalah cara sekelompok orang atau hewan dalam
suatu masyarakat atau budaya cenderung untuk belajar dan menyampaikan
informasi
baru.
Pewarisan
budaya belajar dapat disamakan dengan istilah Transmisi kebudayaan.
Yakni suatu
usaha untuk menyampaikan sejumlah pengetahuan atau pengalaman untuk
dijadikan sebagai
pegangan dalam meneruskan estafet kebudayaan. Dalam hal ini tidak ada
suatu
masyarakat yang tidak melakukan usaha pewarisan budaya. Usaha pewarisan
ini
bukan sekedar menyampaikan atau memberikan suatu yang material,
melainkan yang
terpenting adalah menyampaikan nilai-nilai yang dianggap terbaik yang
telah
menjadi pedoman yang baku dalam masyarakat.
Contoh
transmisi budaya : Budaya indis yang
berkembang subur pada abad ke-18 sampai abad ke-19, dan berpusat di
wilayah-wilayah tanah partikelir dan di lingkungan Indische landhuizen.
Pada
permulaan abad ke-20 kebudayaan ini bergeser ke arah urban life seiring
dengan
hilangnya pusat-pusat kehidupan tersebut.
Pergeseran
Budaya Indis menjadi Urban Life
menjadi transmisi budaya yang nyata dalam kehidupan masyarakat zaman
dulu. Ada seuatu perubahan kebudayaan dari Indis menjadi kota (urban).
Kelompok-kelompok
pemukiman, sesuai dengan
lingkungan kelompok-kelompok suku, terpisah dengan jelas. Dalem
kabupaten
sebagai replica rumah penguasa tertinggi pribumi (raja) menghadap ke
alun-alun
dengan pohon beringin di tengahnya. Di sekitar dalem kabupaten terdapat
rumah
asisten residen atau kontrolir. Tidak jauh dari alun-alun terdapat
gedung
pengadilan, rumah penjara, gedung garam dan candu, kantor pos telegraf
telepon
(PTT) dan rumah para pejabat kabupaten baik pejabat eropa atau pribumi
lainnya. .
Bentuk-bentuk
Transmisi Budaya
Akulturasi
Suatu
proses sosial yang timbul
manakala suatu kelompok manusia
dengan kebudayaan
tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan
asing
itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa
menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri.
akulturasi
mengacu pada proses dimana kultur
diperbaiki dan dimodifikasi melalui kontak ata pemaparan langsung dengan
kultur
yang lain. Sebagai contoh, apabila ada sekelompok imigran yang kemudiam
menetap
di Amerika Serikat (kultur tan rumah), maka kultur mereka sendiri akan
dipngaruhi oleh kultur Tuan rumah ini. Lama kelamaan, nilai, dan cara
berperilaku serta kepercayaan dari kultur tuan rumah ini akan menjadi
bagian
dari kultur tuan rumah akan menjadi bagian dari kultur kelompok imigran
itu.
Pada waktu yang sama, kultur tuan rumah pun ikut berubah
Sosialisasi
Sebuah
proses
penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai
dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok
atau masyarakat.
Sejumlah sosiolog
menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory).
Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus
dijalankan
oleh individu.
Enkulturasi
Enkulturasi mengacu pada proses dengan mana kultur ditransmisikan dari generasi satu ke generasi selanjutnya. Kita mempelajari budaya, bukan mewarisinya. Kultur ditransmisikan melalui proses belajar, bukan dengan gen. Orang tua, teman-teman, lembaga sekolah, dan pemerintahan adalah guru utama di bidang kultur. Dan enkulturasi terjadi melaui mereka.
Agar budaya terus berkembang, proses adaptasi perlu dilakukan. Paradigma yang berkembang adalah budaya itu dinamis dan merupakan hasil proses belajar. sehingga budaya suatu masyarakat tidak hadir dengan sendirinya. Proses belajar dan mempelajari budaya sendiri dalam masyarakat itu dinamakan Enkulturasi.
Enkulturasi menyebabkan budaya masyarakat tertentu bergerak dinamis mengikuti perkembangan jaman. Sebaliknya sebuah masyarakat yang cenderung sulit menerima hal hal baru dalam masyarakat sulit mempertahankan budaya lama yang sudah tidak relevan lagi untuk disebut sebagai akulturasi.
Pengaruh terhadap
perkembangan
Akulturasi : Kehadiran
budaya asing yang masuk
dalam suatu masyarakat tentu memiliki nilai positive dan negative nya.
Seperti
yang diketahui bahwa kebudayaan eropa telah lama masuk Indonesia, namun
masyarakat Indonesia sendiri tidak kehilangan ciri khas-nya dan tetap
memegang
unsur budaya asli. Dampak akulturasi tersebut sebenarnya banyak
memberikan
manfaat dan perubahan yang positive bagi masyarakat sekitar. Misalnya
saja pada
bangunan, zaman dulu rumah masyarakat Indonesia sangat sederhana dan
rapuh,
namun setelah budaya belanda masuk rumah-rumah tersebut lebih kokoh
dengan
tiang-tiang. Tapi tetap berdasarkan unsur tradisional. Pengaruh tersebut
tentu
baik bagi perkembangan psikologis individu maupun universal karena
memberikan
perluasan berfikir.
Enkulturasi
: Pada masa kebudayaan Indis, enkulturasi
terjadi dilingkungan pendidikan dimana pengaruh teman sekitar bagi
seorang anak
lah yang akan ‘membentuk’nya. Kebiasaan hidup mewah misalnya, anak-anak
pada
masa itu melihat cara para orang dewasa berpakaian, cara atau kebiasaan
para
orang dewasa merayakan sesuatu dengan berpesta (minum bir bersama).
BIOLOGIS
Suburnya
budaya Indis pada awalnya didukung
oleh kebiasaan hidup membujang para pejabat Belanda. Pada masa itu ada
larangan
membawa pasangan dan mendatangakan perempuan Belanda ke Hindia Belanda.
Hal itu
mendorong para lelaki Belanda menikahi penduduk setempat. Maka
terjadilah
percampuran darah yang melahirkan anak-anak campuran, serta sevara
otomatis
menimbulakan budaya dan gaya hidup Belanda-Pribumi/gaya Indis.
AWAL PENGEMBANGAN
DAN PENGASUHAN
Pada
keluarga bangsawan dan priyayi Jawa,
anak-anak diasuh oleh para pembantu yang biasanya di sebut emban.
Selain emban
ada juga inya yang
bertugas menyusui dan wuucumbu (abdi
pendampng).
Pembagian tugas yang seperti demikian ternyata diikuti juga oleh
keluarga
Belanda, Indo, dan priyayi baru. Anak-anak meraka diasuh oleh para babu,
jongos, dan sopir. Para pembantu rumah tangga tersebut tidak hanya
sekedar
mengurus rumah tetapi juga menjaga anak-anak para majikan mereka dan
pembagian
kerja seperti itu tidak dikenal di negara Belanda.
Jelas
dari hal tersebut, kelekatan (attachment)
antara anggota keluarga misalnya anak dan orang tuanya tidak akan begitu
kuat
dikarenakan intensitas pertemuan dan melakukan kegiatan bersama, anak
lebih
sering dilakukan dengan pengasuh dan bukan orang tuanya sendiri.
Perkembangan
yang terjadi pada anak yang diasuh oleh para pengasuh tersebut juga akan
berbeda dibanding dengan perkembangan anak pada masyarakat biasa.