twitter
rss

Akulturasi (kontak kebudayaan) merupakan proses sosial yang timbul akibat suatu kebudayaan menerima unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
Proses akulturasi sudah terjadi sejak zaman dahulu dalam sejarah kebudayaan manusia . Migrasi antara kelompok manusia kebudayaan yang berbeda menyebabkan individu-individu dalam kelompok itu di hadapkan dengan unsur kebudayaan asing. Bangsa Indonesia paling tidak telah mengalami tiga kontak kebudayan asing yang besar,yaitu sebagai berikut:
1)      Kontak dengan kebudayaan Hindu-Buddha pada zaman kuno (abad ke- 1-15)
2)      Kontak dengan kebudayaan Islam pada zaman madya (abad ke-15-17)
3)      Kontak kebudayaan Barat pada zaman baru (abad ke- 17-20)

Masing-masing kontak kebudayaan tersebut telah menghasilkan proses akulturasi berikut:
1)      Akulturasi Indonesia-Hindu/Buddha
Contoh akulturasi di masa ini adalah masuknya epos Ramayana atau Mahabarata dalam cerita wayang. Tokoh Ramayana dan Mahabarata adalah dewa dalam ajaran Buddha, yang kemudian disatukan dan menjadi tokoh pewayangan. Contoh lainnya adalah terdapat arsitektur candi dalam bangunan keagamaan di Indonesia.
2)      Akulturasi Indonesia-Islam
Contoh akulturasinya misalnya masuknya unsur arsitektur masjid dari Timur Tengah yang melengkapi bagungan keagamaan di Indonesia.
3)      Akulturasi Indonesia-Barat
Contohnya adalah perpaduan antara budaya Barat dan Indonesia dalam bidang kesenian, arsitektur, perdagangan, pendidikan dan politik.

Intercultural (hubungan antar budaya) adalah suatu proses perpaduan antara budaya satu dengan budaya yang lain yang sifatnya saling mempengaruhi baik dalam hal ras, bahasa, ekonomi dan lain sebagainya.

Misalnya di Negara Singapura, terdiri dari suku bangsa yang berbeda-beda yaitu etnis Melayu, India dan cina. Ketika berkomunikasi mereka menggunakan bahasa Inggris sebagai alat komunikasi agar mudah namun, mereka tetap menggunakan logat asli, seperti orang Melayu yang tetap menggunakan logat melayunya ketika berkomunikasi dengan yang lain. Selain itu mereka membawa kebudayaan dari masing-masing suku bangsa yang kemudian budaya yang satu mengenal budaya yang lain dan saling mempengaruhi.


sumber :
Tim sosiologi. 2007. Sosiologi 1. Jakarta: Ghalia Indonesia

TRANSMISI BUDAYA
Transmisi budaya merupakan kegiatan pengiriman atau penyebaran pesan dari generasi yang satu ke generasi yang lain tentang sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan sulit diubah. Transmisi budaya adalah cara sekelompok orang atau hewan dalam suatu masyarakat atau budaya cenderung untuk belajar dan menyampaikan informasi baru.

Pewarisan budaya belajar dapat disamakan dengan istilah Transmisi kebudayaan. Yakni suatu usaha untuk menyampaikan sejumlah pengetahuan atau pengalaman untuk dijadikan sebagai pegangan dalam meneruskan estafet kebudayaan. Dalam hal ini tidak ada suatu masyarakat yang tidak melakukan usaha pewarisan budaya. Usaha pewarisan ini bukan sekedar menyampaikan atau memberikan suatu yang material, melainkan yang terpenting adalah menyampaikan nilai-nilai yang dianggap terbaik yang telah menjadi pedoman yang baku dalam masyarakat.
Contoh transmisi budaya : Budaya indis yang berkembang subur pada abad ke-18 sampai abad ke-19, dan berpusat di wilayah-wilayah tanah partikelir dan di lingkungan Indische landhuizen. Pada permulaan abad ke-20 kebudayaan ini bergeser ke arah urban life seiring dengan hilangnya pusat-pusat kehidupan tersebut.
Pergeseran Budaya Indis menjadi Urban Life menjadi  transmisi budaya yang nyata dalam kehidupan masyarakat zaman dulu. Ada seuatu perubahan kebudayaan dari Indis menjadi kota (urban).
Kelompok-kelompok pemukiman, sesuai dengan lingkungan kelompok-kelompok suku, terpisah dengan jelas. Dalem kabupaten sebagai replica rumah penguasa tertinggi pribumi (raja) menghadap ke alun-alun dengan pohon beringin di tengahnya. Di sekitar dalem kabupaten terdapat rumah asisten residen atau kontrolir. Tidak jauh dari alun-alun terdapat gedung pengadilan, rumah penjara, gedung garam dan candu, kantor pos telegraf telepon (PTT) dan rumah para pejabat kabupaten baik pejabat eropa atau pribumi lainnya..

Bentuk-bentuk Transmisi Budaya
Akulturasi
Suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri.
akulturasi mengacu pada proses dimana kultur diperbaiki dan dimodifikasi melalui kontak ata pemaparan langsung dengan kultur yang lain. Sebagai contoh, apabila ada sekelompok imigran yang kemudiam menetap di Amerika Serikat (kultur tan rumah), maka kultur mereka sendiri akan dipngaruhi oleh kultur Tuan rumah ini. Lama kelamaan, nilai, dan cara berperilaku serta kepercayaan dari kultur tuan rumah ini akan menjadi bagian dari kultur tuan rumah akan menjadi bagian dari kultur kelompok imigran itu. Pada waktu yang sama, kultur tuan rumah pun ikut berubah
Sosialisasi
Sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu.

Enkulturasi
Enkulturasi mengacu pada proses dengan mana kultur ditransmisikan dari generasi satu ke generasi selanjutnya. Kita mempelajari budaya, bukan mewarisinya. Kultur ditransmisikan melalui proses belajar, bukan dengan gen. Orang tua, teman-teman, lembaga sekolah, dan pemerintahan adalah guru utama di bidang kultur. Dan enkulturasi terjadi melaui mereka.

Agar budaya terus berkembang, proses adaptasi perlu dilakukan. Paradigma yang berkembang adalah budaya itu dinamis dan merupakan hasil proses belajar. sehingga budaya suatu masyarakat tidak hadir dengan sendirinya. Proses belajar dan mempelajari budaya sendiri dalam masyarakat itu dinamakan Enkulturasi.

Enkulturasi menyebabkan budaya masyarakat tertentu bergerak dinamis mengikuti perkembangan jaman. Sebaliknya sebuah masyarakat yang cenderung sulit menerima hal hal baru dalam masyarakat sulit mempertahankan budaya lama yang sudah tidak relevan lagi untuk disebut sebagai akulturasi.

Pengaruh terhadap perkembangan
Akulturasi : Kehadiran budaya asing yang masuk dalam suatu masyarakat tentu memiliki nilai positive dan negative nya. Seperti yang diketahui bahwa kebudayaan eropa telah lama masuk Indonesia, namun masyarakat Indonesia sendiri tidak kehilangan ciri khas-nya dan tetap memegang unsur budaya asli. Dampak akulturasi tersebut sebenarnya banyak memberikan manfaat dan perubahan yang positive bagi masyarakat sekitar. Misalnya saja pada bangunan, zaman dulu rumah masyarakat Indonesia sangat sederhana dan rapuh, namun setelah budaya belanda masuk rumah-rumah tersebut lebih kokoh dengan tiang-tiang. Tapi tetap berdasarkan unsur tradisional. Pengaruh tersebut tentu baik bagi perkembangan psikologis individu maupun universal karena memberikan perluasan berfikir.
Enkulturasi : Pada masa kebudayaan Indis, enkulturasi terjadi dilingkungan pendidikan dimana pengaruh teman sekitar bagi seorang anak lah yang akan ‘membentuk’nya. Kebiasaan hidup mewah misalnya, anak-anak pada masa itu melihat cara para orang dewasa berpakaian, cara atau kebiasaan para orang dewasa merayakan sesuatu dengan berpesta (minum bir bersama).

BIOLOGIS
Suburnya budaya Indis pada awalnya didukung oleh kebiasaan hidup membujang para pejabat Belanda. Pada masa itu ada larangan membawa pasangan dan mendatangakan perempuan Belanda ke Hindia Belanda. Hal itu mendorong para lelaki Belanda menikahi penduduk setempat. Maka terjadilah percampuran darah yang melahirkan anak-anak campuran, serta sevara otomatis menimbulakan budaya dan gaya hidup Belanda-Pribumi/gaya Indis.

AWAL PENGEMBANGAN DAN PENGASUHAN
Pada keluarga bangsawan dan priyayi Jawa, anak-anak diasuh oleh para pembantu yang biasanya di sebut emban. Selain emban ada juga inya yang bertugas menyusui dan wuucumbu (abdi pendampng). Pembagian tugas yang seperti demikian ternyata diikuti juga oleh keluarga Belanda, Indo, dan priyayi baru. Anak-anak meraka diasuh oleh para babu, jongos, dan sopir. Para pembantu rumah tangga tersebut tidak hanya sekedar mengurus rumah tetapi juga menjaga anak-anak para majikan mereka dan pembagian kerja seperti itu tidak dikenal di negara Belanda.
Jelas dari hal tersebut, kelekatan (attachment) antara anggota keluarga misalnya anak dan orang tuanya tidak akan begitu kuat dikarenakan intensitas pertemuan dan melakukan kegiatan bersama, anak lebih sering dilakukan dengan pengasuh dan bukan orang tuanya sendiri. Perkembangan yang terjadi pada anak yang diasuh oleh para pengasuh tersebut juga akan berbeda dibanding dengan perkembangan anak pada masyarakat biasa.



Menurut Segall, Dasen dan Poortinga, psikologi lintas-budaya adalah kajian mengenai perilaku manusia dan penyebarannya, sekaligus memperhitungkan cara perilaku itu dibentuk dan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial dan budaya.
Definisi ini mengarahkan perhatian pada dua hal pokok: keragaman perilaku manusia di dunia dan kaitan antara perilaku terjadi.
Tujuan Psikologi Lintas Budaya
  • Ahli psikologi berupaya memahami perilaku tertentu manusia dari berbagai sudut pandang seperti kapan biasanya terjadinya perilaku tersebut, mengapa itu bisa terjadi dan memprediksi bentuk perilaku yang akan terjadi.


Hubungan psikologi lintas budaya dengan disiplin ilmu lain
·         Psikologi Lintas Budaya dengan Sosiologi
Psikologi lintas budaya dan sosiologi sama-sama mengamati perilaku manusia dalam suatu kelompok yang mempunyai  hubungan dan kepentingan bersama dalam suatu budaya

·         Psikologi Lintas Budaya dengan Antropologi
Psikologi lintas budaya dan antropologi sama-sama mempelajari tentang aspek manusia baik dari aspek fisik(warna kulit, bentik rambut,mata dan tubuh) ataupun aspek nonfisik (kebudayaan, politik) serta keragaman perilaku manusia di dunia.

·         Psikologi Lintas Budaya dengan Ilmu Sosial
Psikologi lintas budaya dan ilmu social mempelajari aspek-aspek yang berhubungan manusia secara subyektif, inter-subyektif dan obyektif atau structural.

·         Psikologi Lintas Budaya dengan Ilmu Budaya Dasar
Psikologi lintas budaya dan ilmu budaya dasar mempelajari tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan.

Perbedaan antara Psikologi Lintas Budaya dengan Ilmu lain
  • Psikologi Lintas Budaya dengan Psikologi Indigenous
Psi Indigenous adalah kajian ilmiah mengenai perilaku dan mental manusia yang bersifat pribumi, tidak dibawa dari daerah lain, dan didesain untuk masyarakatnya sendiri. Indigenous Psychology merupakan suatu terobosan baru dalam dunia psikologi yang mana merupakan suatu untuk memahami manusia berdasarkan konteks kultural/budaya.
>>  Jadi, psikologi lintas budaya mengkaji perilaku manusia dalam suatu budaya secara psikologis sedangkan psikologi indigenous memahami manusia berdasarkan konteks budaya itu sendiri.
  • Psikologi Lintas budaya dengan Psikologi Budaya
Psikologi  Budaya adalah studi tentang cara tradisi budaya dan praktek sosial meregulasikan, mengekspresikan, mentransformasikan dan mengubah psike manusia.
>> Jadi , Psikologi lintas budaya melihat persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok etnik sedangkan Psikologi budaya melihat bagaimana budaya dapat mentransformasikan dan mengubah psike seseorang.
  • Psikologi Lintas budaya dengan Antropologi
Antropologi adalahIlmu yg memepelajari  tentang segala aspek manusia yang terdiri dari aspek fisik (warna kulit, rambut,mata,tubuh) dan non fisik (kebudyaan, politik)
>> Jadi, perbedaannya adalah psikologi Lintas budaya lebih menilai manusia dari aspek psikologinya sedangkan antropologi lebih menilai dari aspek fisik dan non-fisik tergantung dari budayanya.
id.wikipedia.org/wiki/Psikologi_lintas_budaya
http://cicp.psikologi.ugm.ac.id/index.php/about-cicp/wip
http://kulpulan-materi.blogspot.com/2012/03/tujuan-psikologi-lintas-budaya.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_sosial