twitter
rss

Sejarah Terapi Perilaku Kognitif
Pada tahun 1960, Aaron T. Beck, psikiater, mengamati bahwa selama sesi analitis, pasiennya cenderung melakukani dialog internal yang terjadi di dalam pikiran mereka,  seolah-olah mereka sedang berbicara dengan diri mereka sendiri. Tapi mereka hanya akan melaporkan sebagian kecil dari pemikiran seperti ini kepadanya.
Sebagai contoh, dalam sesi terapi klien mungkin berpikir dalam dirinya sendiri: “Dia (terapis) tidak berbicara banyak hari ini. Aku ingin tahu apakah dia kesal padaku”. Pikiran-pikiran ini mungkin membuat klien merasa sedikit cemas atau mungkin kesal. Klien kemudian  merespon pikiran tadi dengan lebih lanjut berpikir: “Dia mungkin bosan, atau mungkin saya tidak  berbicara tentang hal yang paling penting.” Pikiran kedua tersebut  mengubah perasaan sang klien.
Beck menyadari bahwa hubungan antara pikiran dan perasaan sangat penting. Ia menemukan istilah pikiran otomatis (automatic thoughts) untuk menggambarkan pengalaman emosi yang timbul dari  pikiran yang muncul tiba tiba. Beck menemukan bahwa orang tidak selalu sepenuhnya menyadari pikiran-pikiran seperti itu, tapi bisa belajar untuk mengidentifikasi dan melaporkannya. Jika seseorang sedang merasa marah karena sesuatu sebab, pikiran yang ada biasanya bersifa negatif,  tidak realistis,dan  tidak membantu mengatasi masalah. Beck menemukan bahwa dengan mengidentifikasi pikiran-pikiran adalah langkah kunci untuk memahami klien dan mengatasi  kesulitan-kesulitannya.
Beck menyebutnya terapi kognitif karena pentingnya masalah pemikiran negatif tadi.Terapi ini sekarang dikenal sebagai terapi kognitif-perilaku (CBT) karena terapi tersebut menggunakan teknik perilaku juga. Keseimbangan antara kognitif dan unsur-unsur perilaku bervariasi , tetapi dapat dimasukkan kedalam istilah terapi perilaku kognitif. CBT telah sukses diuji coba ilmiah di banyak tempat dan oleh tim yang berbeda, dan telah diterapkan pada berbagai macam masalah kejiwaan.

Cognitive Behavioral Theraphy
Terapi perilaku kognitif (juga dikenal dengan singkatan, CBT) adalah pengobatan psikoterapi jangka pendek, berorientasi tujuan,  pendekatan praktis untuk pemecahan masalah. Tujuannya adalah untuk mengubah pola berpikir atau perilaku yang berada di balik kesulitan seseorang, dan mengubah cara mereka merasa. Hal ini digunakan untuk membantu mengobati berbagai macam masalah dalam kehidupan seseorang, dari kesulitan tidur atau masalah hubungan, penyalahgunaan obat dan alkohol atau kecemasan dan depresi. CBT bekerja dengan mengubah sikap masyarakat dan perilaku mereka dengan berfokus pada pikiran, gambar, keyakinan dan sikap yang kita pegang (proses kognitif kita) dan bagaimana hal ini berhubungan dengan cara kita berperilaku, sebagai cara untuk mengatasi masalah emosional.
Keuntungan penting dari terapi perilaku kognitif adalah bahwa ia berlangsung dalam jangka pendek, hanya memerlukan empat sampai tujuh bulan untuk masalah emosional yang paling sering ditemui. Klien menghadiri pertemuan satu sesi per minggu, setiap sesi berlangsung sekitar 50 menit. Selama pengobatan ini, klien dan terapis bekerja sama untuk memahami apa masalahnya dan  mengembangkan strategi baru untuk mengatasi masalah mereka. CBT menerapkan satu set prinsip-prinsip yang  dapat diterapkan kapan saja mereka perlu, dan yang akan dapat memberi manfaat yang baik sepanjang hidup mereka.
Terapi perilaku kognitif merupakan kombinasi dari psikoterapi dan terapi perilaku. Psikoterapi menekankan pentingnya arti pribadi kita  dan  pola berpikir yang mulai terbentuk sejak kecil. Terapi perilaku mencermati hubungan antara masalah kita, perilaku kita dan pikiran kita.
SUMBER : http://tirtojiwo.org diakses pada tanggal 4 Mei 2013