Sejarah Perkembangan Kesehatan
Mental
Kesehatan
mental mulai menjadi perhatian banyak orang sejak perang dunia ke II .Sejak
awal perang dunia ke II kesehatan mental bukan lagi suatu istilah yang asing
bagi orang-orang namun menjadi sesuatu yang perlu di perhatikan .Dalam bidang
kesehatan mental kita dapat memahami bahwa gangguan mental itu telah terjadi
sejak awal peradaban manusia dan sekaligus telah ada upaya-upaya mengatasinya
sejalan dengan peradaban.
Definisi
Kesehatan Mental
Istilah Kesehatan Mental diambil dari konsep mental hygiene,
kata mental berasal dari bahasa Yunani yang berarti Kejiwaan. Kata mental
memilki persamaan makna dengan kata Psyhe yang berasal dari bahasa latin yang
berarti Psikis atau Jiwa, jadi dapat diambil kesimpulan bahwa mental hygiene
berarti mental yang sehat atau kesehatan mental.
Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari keluhan dan gangguan mental baik berupa neurosis maupun psikosis (penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial).
Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari keluhan dan gangguan mental baik berupa neurosis maupun psikosis (penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial).
Kesehatan mental seseorang sangat erat kaitannya dengan
tuntutan-tuntutan masyarakat tempat ia hidup, masalah-masalah hidup yang
dialami, peran sosial dan pencapaian-pencapaian sosialnya.
Berdasarkan
orientasi penyesuaian diri, kesehatan mental memiliki pengertian kemampuan
seseorang untuk dapat menyesuaikan diri sesuai tuntutan kenyataan di
sekitarnya.Tuntutan kenyataan yang dimaksud di sini lebih banyak merujuk pada
tuntutan yang berasal dari masyarakat yang secara konkret mewujud dalam
tuntutan orang-orang yang ada di sekitarnya.
Pengertian Kesahatan Mental dari
Beberapa Ahli
M.
Jahoda, seorang pelopor gerakan kesehatan mental, memberi definisi kesehatan
mental yang rinci. Dalam definisinya, “kesehatan mental adalah kondisi
seseorang yang berkaitan dengan penyesuaian diri yang aktif dalam menghadapi
dan mengatasi masalah dengan mempertahankan stabilitas diri, juga ketika
berhadapan dengan kondisi baru, serta memiliki penilaian nyata baik tentang
kehidupan maupun keadaan diri sendiri.”
Menurut Dr.
Jalaluddin dalam bukunya “Psikologi Agama” bahwa:
“Kesehatan mental merupakan suatu kondisi batin yang senantiasa berada dalam keadaan tenang, aman dan tentram, dan upaya untuk menemukan ketenangan batin dapat dilakukan antara lain melalui penyesuaian diri secara resignasi (penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan)”.
“Kesehatan mental merupakan suatu kondisi batin yang senantiasa berada dalam keadaan tenang, aman dan tentram, dan upaya untuk menemukan ketenangan batin dapat dilakukan antara lain melalui penyesuaian diri secara resignasi (penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan)”.
Sedangkan
menurut paham ilmu kedokteran, kesehatan mental merupakan suatu kondisi yang
memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari
seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain.
Zakiah Daradjat
mendefenisikan bahwa mental yang sehat adalah terwujudnya keserasian yang
sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri
antara individu dengan dirinya sendiri dan lingkungannya berdasarkan keimanan
dan ketakwaan serta bertujuan untuk mencapai hidup bermakna dan bahagia di
dunia dan akhirat. Jika mental sehat dicapai, maka individu memiliki integrasi,
penyesuaian dan identifikasi positif terhadap orang lain. Dalam hal ini,
individu belajar menerima tanggung jawab, menjadi mandiri dan mencapai
integrasi tingkah laku.
Karakteristik
Mental yang Sehat
1.Terhindar dari Gangguan Jiwa
Zakiyah
Daradjat (1975) mengemukakan perbedaan antara gangguan jiwa (neurose) dengan
penyakit jiwa (psikose), yaitu:
- Neurose masih mengetahui dan merasakan kesukarannya, sebaliknya yang kena psikose tidak.
- Neurose kepribadiannya tidak jauh dari realitas dan masih hidup dalam alam kenyataan pada umumnya. sedangkan yang kena psikose kepribadiaannya dari segala segi (tanggapan, perasaan/emosi, dan dorongan-dorongan) sangat terganggu, tidak ada integritas, dan ia hidup jauh dari alam kenyataan.
2.Dapat menyesuaikan diri
Penyesuaian
diri (self adjustment) merupakan proses untuk memperoleh/ memenuhi kebutuhan (needs
satisfaction), dan mengatasi stres, konflik, frustasi, serta
masalah-masalah tertentu dengan cara-cara tertentu. Seseorang dapat dikatakan
memiliki penyesuaian diri yang normal apabila dia mampu memenuhi kebutuhan dan
mengatasi masalahnya secara wajar, tidak merugikan diri sendiri dan
lingkungannya, serta sesuai denagn norma agama.
3.Memanfaatkan potensi semaksimal mungkin
Individu
yang sehat mentalnya adalah yang mampu memanfaatkan potensi yang dimilikinya,
dalam kegiatan-kegiatan yang positif dan konstruktif bagi pengembangan kualitas
dirinya.pemanfaatan itu seperti dalam kegiatan-kegiatan belajar (dirumah,
sekolah atau dilingkungan masyarakat), bekerja, berorganisasi, pengembangan
hobi, dan berolahraga.
4.Tercapai kebahagiaan pribadi dan orang lain
Orang yang
sehat mentalnya menampilkan perilaku atau respon-responnya terhadap situasi
dalam memenuhi kebutuhannya, memberikan dampak yang positif bagi dirinya dan
atau orang lain. dia mempunyai kepentingan dirnya sendiri di atas kerugian
orang lain. Segala aktivitasnya di tujukan untuk mencapai kebahagiaan bersama.
Karakteristik Mental yang Tidak
Sehat
Mental yang
sehat tidak akan mudah terganggu oleh Stressor (Penyebab terjadinya stres)
orang yang memiliki mental sehat berarti mampu menahan diri dari tekanan-tekanan
yang datang dari dirinya sendiri dan lingkungannya. (Noto Soedirdjo, 1980)
menyatakan bahwa ciri-ciri orang yang memilki kesehatan mental adalah Memilki
kemampuan diri untuk bertahan dari tekanan-tekanan yang datang dari
lingkungannya. Sedangkan menurut Clausen Karentanan (Susceptibility) Keberadaan
seseorang terhadap stressor berbeda-beda karena faktor genetic, proses belajar
dan budaya yang ada dilingkungannya, juga intensitas stressor yang diterima
oleh seseorang dengan orang lain juga berbeda .
Ciri-ciri Mental yang Tidak Sehat:
yang tidak
sehat cirinya sebagai berikut :
- Perasaan tidak nyaman (inadequacy)
- Perasaan tidak aman (insecurity)
- Kurang memiliki rasa percaya diri (self-confidence)
- Kurang memahami diri (self-understanding)
- Kurang mendapat kepuasan dalam berhubungan sosial
- Ketidakmatangan emosi
- Kepribadiannya terganggu
- Mengalami patologi dalam struktur sistem syaraf (thorpe, dalam schneiders, 1964;61).